Jumat, 22 April 2016

Tak sanggup

Makassar, 21 April 2016
Malam ini pertengkaran itu mulai lagi. Semuanya kembali seperti itu. Pengertiannya yang aku harapkan justru berakhir pertengkaran lagi. Dan pada akhirnya dia minta mengakhiri hubungan ini, katanya dia lelah dengan hubungan kami ini. Ya, aku hanya bisa menerima keputusannya. Aku tak bisa berkata apa-apa. Hanya bisa mengikhlaskan jika memang dia menganggap bahwa ini adalah jalan terbaik untuk hubungan kita. Meski aku ketakutan dengan keputusannya karena jika dia memintaku untuk melunasi utangku padanya aku tidak akan sanggup dalam waktu dekat ini.
Menurutku ini hanya karena hal kecil. Hanya karena aku tidak bisa menemaninya ke acara ulang tahun Enno. Aku yang sedang sibuk mengurusi keperluan berkasku untuk melamar pekerjaan nanti. Dan aku juga berharap bisa mengurangi pertengkaranku dengan ibuku. Karena pertengkaran itu yang membuatku kesulitan mendapatkan pekerjaan. Tapi dia tetap tidak mengerti. Yang dia pikirkan hanya perasaannya saja. Aku merasa sangat tertekan.
Awalnya aku kan sudah memastikan padanya bahwa aku tidak bisa menghadiri acara itu. Namun, dia memaksa hingga akhirnya aku meninggalkan rumah pukul 20.00 wita. Dia merasa bahwa aku sudah terlambat, dan dia tak henti memakiku dan berkata “Jangan mako hubungika lagi nah? Jangan mako pernah hubungi ka lagi. Pulang mako sana, maumi juga pulang orang. Mauma pulang!!!!”. Aku yang sedih dan berlinang airmata kemudian memutar balik motorku dan dia tak henti meneriakki ku. Kemudian di memanggil Enno. Enno datang bersama maminya. Aku malu dengan sikapnya. Albi pun tidak mampu lagi berkata apa-apa. Dia hanya terdiam menatapku dengan linangan airmata yang membanjiri pipiku.
Jujur aku mantap ingin mengakhiri semuanya jika sikapnya tetap seperti itu. Aku dak sanggup dengan sikapnya yang egois itu. Aku dak sanggup L

Tidak ada komentar:

Posting Komentar