Rabu, 27 April 2016

MUNDUR TERATUR

Keputusan ini mungkin sangat berat untuk aku lakukan. Mungkin semuanya akan menyakiti diriku sendiri. Namun aku yakin dibalik semua ini akan ada hikmah yang indah untukku. Mungkin semuanya akan sangatlah sulit, namun aku percaya bahwa semua akan indah pada waktunya.

Dia  mungkin tidak menyadari bahwa yang sedang aku lakukan ini adalah langkah mundurku darinya, tapi biarlah. Ini mungkin yang  terbaik karena dengan tiba-tiba menghempaskannya akan sangat menyakitkan untuknya jadi kupilih untuk mundur teratur dan perlahan agar dia tidak terlalu merasa tersakiti.

Prospek hubungan kami memang tidak terarah, dengan segudang kerumitan dan sekelumit masalah antara kami. Mulai dari masalahnya dengan Ayu yang belum terselesaikan, masalah financial yang akhirnya membuatnya tidak ingin membahas pernikahan. Ya, pernikahan... hal yang menurutku sudah waktunya dipikirkan dan dibicarakan sementara dia masih bergelut dengan masalahnya bersama Ayu. Ragu kemudian menguasaiku, aku merasa bahwa semua ini menjadi tidak berarah. Apa yang sudah dia janjikan padaku seketika ini menguap, menghilang tanpa bekas.

Aku adalah wanita dengan usia matang dan siap menikah. Bahkan pernyataan “Kapan nikah?” atau “Kapan nyusul?” dari teman maupun keluargaku mulai membuatku tidak nyaman. Akhirnya aku putuskan untuk mengambil langkah mundur ini darinya. Aku pikir tinggal dengan hubungan seperti ini hanya akan merugikanku yang semakin hari semakin bertambah usia. Aku punya mimpi untuk hidupku kelak. Aku ingin memiliki suami dengan anak perempuan yang lucu. Aku ingin memiliki sebuah rumah dengan konsepku sendiri. Aku ingin mewujudkan itu semua. Sementara jika aku menunggunya hanya akan menghabiskan waktuku. Semuanya akan terasa rumit.

Jujur, setahun kami bersama terlalu banyak kenangan yang sudah kami ukir bersama. Di tempat-tempat favorit kami dan semua kebiasaannya yang mungkin saja akan aku rindukan kelak.
Namun, terkadang akal sehatku membangunkanku. Menyadarkanku bahwa dia tak cukup baik untukku. Terlebih jika aku teringat dengan sifatnya yang terkadang kasar dengan suara lantangnya.


Ya... sudahlah, mungkin dengan keputusan ini semuanya akan baik-baik saja. Insyaallah hijrahku ini akan diberkahi oleh Allah. Semoga aku bisa benar-benar istiqomah dengan keputusanku ini. Amin ya rabbal alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar