“Kapan
married?” pertanyaan yang sangat simple. Tapi sedikiti
menyesakkan untukku yang sudah hampir genap berusia 24 tahun. Usia yang memang
sudah tidak muda lagi. Sudah banyak
angkatanku, bahkan adik-adik angkatanku di sekolah dulu yang sudah
berkeluarga, bahkan sudah memiliki anak yang lucu-lucu. Kadang aku juga
merasakan iri pada mereka. Namun, pernikahan sepertinya menjadi sebuah gerbang yang sangat besar
untuk kulalui. Entah, mungkin aku belum siap. Atau mungkin aku sedikit banyak
mengalami percikan kecil dalam masalah asmara.
Ibu juga kadang-kadang mulai sedikit rewel
jika menyangkut masalah ini. Namun, entah mengapa, saat ini aku merasa hampa
saja. Aku merasa malas untuk memulai kembali hubungan asamara. Meski dengan
lelaki yang berbeda, namun perasaan yang sama itu masih menghantui. Perasaan
takut untuk dikhianati. Takut untuk ditinggalkan (hahaha). Naïf memang kedengarannya. Namun, itulah yang saat ini
sedang merajai hatiku. Rasa takut dan trauma.
Berulang kali dikhianati, justru membuatku
kebal saat ini. Bahkan terkesan mati rasa (Lebay
deh). Namun, sungguh saat ini aku merasa benar-benar hampa. Aku mulai tidak tertarik pada lawan jenis. Tapi,
bukan berarti aku ingin pindah haluan seperti kata Asma. Sepertinya jiwaku
hanya butuh ‘istirahat’. Istirahat dan
merehat semuanya kembali. Memulihkan jiwaku kembali.
Pengkhianatan yang menghantam hatiku
bertubi-tubi itu, benar-benar membuatku……
(pffftttt….. sulit untuk
menjelaskan dengan kata-kata, lebay lagi deh haha). Karena, bukan sekali atau dua kali aku
merasakan sakit itu. Berkali-kali, bahkan presentasenya mencapai 75%, (udah kayak survey apaan aja! Haha).
Kembali bahas ibu, awal aku pacaran sama cowok, doi semangat banget buat
larangin gue pacaran. Tapi, pas doi udah semangat, justru gue yang udah kendur.
Bener-bener dunia gue jungkir balik.
Ya, sekarang aku hanya
ingin focus pada studiku saja. Aku hanya
bertekad ingin memperbaiki diriku. Memperbaiki semuanya. Karena, aku masih
percaya pada prinsip “Wanita yang baik untuk pria yang baik. Begitupun sebaliknya”.
Studi dan ibu. Ya, dua hal yang menjadi focus kehidupanku saat ini. And welcome for new Eky. No more drama, and
no more tears again.