Senin, 26 Desember 2016

Ketika

Ketika hati ingin berteriak dan aku hanya bisa menyimpannya dalam kalbuku. Aku memilih menjadi bodoh, benar-benar jadi bodoh.

Aku disakiti dan aku masih saja menjalaninya.

Dia berselingkuh dengan wanita lain dan aku masih menerimanya.

Dia pergi bersama wanita lain saat aku sedang khawatir tentangnya.

Dia dengan begitu teganya tanpa pernah memikirkan perasaanku, dan aku masih saja memikirkan tentangnya.

Apa yang terjadi padaku?
Apa yang sedang terjadi dengan otakku?

Hey Eqhye!!!
Bangun!!
Kau seorang yang berpendidikan. Mengapa kau sia-siakan hidupmu untuk orang yang tidak pernah dengan tulus mencintaimu?

Apa yang kau harapkan darinya?

Luka seperti apa lagi yang kau inginkan?
Bukankah sudah cukup lengkap luka yang di torehkan untukmu?

Mengapa kau masih mempertahankannya?
Hidupmu terlalu indah untuk kau habiskan bersamanya.
Bersama seseorang yang tidak pernah menghargai cinta yang kau berikan padanya.

Segala rasa sakitmu, segala pengorbananmu, segala perhatianmu, segala kasih sayangmu, dan segala jiwa dan raga, waktu dan tenaga yang kau 'persembahkan' untuknya bahkan tidak pernah dia hargai.

Dia tetap saja menduakanmu.
Bahkan lebih membela perempuan itu daripada kau yang selalu menemani hari-harinya selama ini.

Ini karma?
Karmakah?
Iya Tuhan?
Karmaku kah ini?

Mengapa masih ada belas kasihanku padanya? Sementara dia tidak pernah peduli akan perasaanku. Pernahkah dia memikirkanku ketika dia bersama perempuan itu? Pernahkah dia memikirkan perasaanku? Pernahkah dia membayangkan jika dia menjadi aku?

Kebenaran pun akhirnya terungkap!
Segala kata-kata bullshitnya yang berjanji akan menikahiku ternyata hanya sekedar bualannya saja.
Andai aku tak pernah bertemu dan berbicara langsung dengan kedua orangtuanya. Mungkin selamanya aku hanya akan di 'iming-imingi' olehnya.

Oh.... Tuhan... Mengapa aku masih bertahan dengannya Tuhan? Apa yang aku harapkan padanya? Mengapa dia begitu buruk menguasai isi kepalaku?

Sabtu, 14 Mei 2016

Dalam ketakutanku aku sendiri. Menelan rasa sakit ini sendiri. Tanpa berhak untuk di dengarkan. Aku hanya ingin di dengarkan dengan segala keluh kesahku. Apakah untuk itu saja aku tidak punya hak? Tidak adakah hak untukku di dengarkan keluhku? Apakah tidak ada yang mengerti keadaanku saat ini? Kekhawatiranku atas keadaanku. L
Dalam dukaku aku hanya bisa berteriak dalam hati, menangis sendiri di sudut ruangan. Tanpa ada seseorang yang membuatku nyaman. Tanpa ada seseorang yang mengerti akan gundah yang aku alami. Semuanya hanya berlalu tanpa perasaan. Bahkan ini lebih menyakitkan dari sebelumnya.
Dalam diamku, aku hanya bisa merasakan hampa. Serasa ingin pergi menjauh dari hingar bingar ini. Ingin rasanya aku pergi meninggalkan semuanya. Semua yang membuatku merasa sedih. Entah pada siapa aku bisa mengadu, seseorang yang kuharap mampu untuk kujadikan sandaran hati, malah menganggapku sebagai beban menyuruhku diam saja atas kekhawatiranku. Mungkin aku hanya diijinkan untuk diam saja menanti takdir yang memvonis hidupku. Memasrahkan takdir yang membawaku kemana pada akhirnya.
Kini aku sadar, apa yang selama ini ku perjuangkan ternyata tidak pantas untuk kuperjuangkan. Ternyata apa yang ibuku katakan selama ini bernar. Ternyata tidak akan mampu aku bersamanya. Semuanya ternyata terlalu menyakitkan. Aku hanya berdoa semoga Allah memberiku rejeki yang berlimpah sehingga aku bisa melunasi semuanya dan pergi berlalu. Jika dia menyalahkan ku untuk rumah tangganya, aku akan memperbaiki semuanya. Akan kuperbaiki hubungannya dengan Ayu jika itu yang dia tuntut.
Allah, kuatkan aku... sepertinya keputusan itu mungkin akan aku ambil. Insyaallah saya mantap. Semuanya akan saya lakukan asalkan dia mau meninggalkanku. Jika dia bilang dia lelah. Lantas yang selama ini aku rasakan apa namanya? Apakah aku tidak lelah dengan semua ini? Apakah lelahku tak berarti untuknya?

Lelahku menanti segala janji manisnya untukku. Lelahku menanti segala kehidupan bahagia yang dia janjikan. Lelahku menanti janjinya untuk menikahiku. Lelahku menanti statusku yang tidak pernah dia perjelas.

Sabtu, 30 April 2016

Cukup sampai disini

Apa yang terlihat berat dan sulit akan terasa mudah jika kita serahkan semuanya pada Allah.
Kita manusia cukup berikhtiar, Allah yang menuliskan semuanya.
Rejeki, jodoh, dan maut.
Mungkin Dia sudah menuliskan bahwa jodoh kita cukup sampai disini.

Allah menciptakan siang dan juga malam.
Allah menciptakan manis dengan pahit.
Allah menciptakan matahari dan juga bulan,
Allah yang mempertemukan, maka hak-Nya pula untuk memisahkan.
Karena, sekeras apapun kita berusaha jika memang dia bukan takdir kita, maka tidak akan bisa dipersatukan.

Seteguh apapun kita bertahan jika memang bukan jodohnya maka tidak akan pernah kita bersatu.
Dan kali ini saya percaya akan hal itu.
Tulang rusuk tidak akan tertukar dengan pemiliknya dan akan dipertemukan pada waktu yang indah.

Rabu, 27 April 2016

MUNDUR TERATUR

Keputusan ini mungkin sangat berat untuk aku lakukan. Mungkin semuanya akan menyakiti diriku sendiri. Namun aku yakin dibalik semua ini akan ada hikmah yang indah untukku. Mungkin semuanya akan sangatlah sulit, namun aku percaya bahwa semua akan indah pada waktunya.

Dia  mungkin tidak menyadari bahwa yang sedang aku lakukan ini adalah langkah mundurku darinya, tapi biarlah. Ini mungkin yang  terbaik karena dengan tiba-tiba menghempaskannya akan sangat menyakitkan untuknya jadi kupilih untuk mundur teratur dan perlahan agar dia tidak terlalu merasa tersakiti.

Prospek hubungan kami memang tidak terarah, dengan segudang kerumitan dan sekelumit masalah antara kami. Mulai dari masalahnya dengan Ayu yang belum terselesaikan, masalah financial yang akhirnya membuatnya tidak ingin membahas pernikahan. Ya, pernikahan... hal yang menurutku sudah waktunya dipikirkan dan dibicarakan sementara dia masih bergelut dengan masalahnya bersama Ayu. Ragu kemudian menguasaiku, aku merasa bahwa semua ini menjadi tidak berarah. Apa yang sudah dia janjikan padaku seketika ini menguap, menghilang tanpa bekas.

Aku adalah wanita dengan usia matang dan siap menikah. Bahkan pernyataan “Kapan nikah?” atau “Kapan nyusul?” dari teman maupun keluargaku mulai membuatku tidak nyaman. Akhirnya aku putuskan untuk mengambil langkah mundur ini darinya. Aku pikir tinggal dengan hubungan seperti ini hanya akan merugikanku yang semakin hari semakin bertambah usia. Aku punya mimpi untuk hidupku kelak. Aku ingin memiliki suami dengan anak perempuan yang lucu. Aku ingin memiliki sebuah rumah dengan konsepku sendiri. Aku ingin mewujudkan itu semua. Sementara jika aku menunggunya hanya akan menghabiskan waktuku. Semuanya akan terasa rumit.

Jujur, setahun kami bersama terlalu banyak kenangan yang sudah kami ukir bersama. Di tempat-tempat favorit kami dan semua kebiasaannya yang mungkin saja akan aku rindukan kelak.
Namun, terkadang akal sehatku membangunkanku. Menyadarkanku bahwa dia tak cukup baik untukku. Terlebih jika aku teringat dengan sifatnya yang terkadang kasar dengan suara lantangnya.


Ya... sudahlah, mungkin dengan keputusan ini semuanya akan baik-baik saja. Insyaallah hijrahku ini akan diberkahi oleh Allah. Semoga aku bisa benar-benar istiqomah dengan keputusanku ini. Amin ya rabbal alamin.

Senin, 25 April 2016

Malam ini terasa dingin menembus tulangku.....
Namun, sama sekali membuatku tak bergeming,
Mataku masih enggan untuk terpejam.
Hanya tulisan ini yang setidaknya dapat mewakilkan apa isi dadaku.
Aku dan semua keputusanku di masa yang lalu.

Ketika semua yang diharapkan hanya sekedar menjadi wacana saja.
Bahkan untuk dibahas sekalipun, rasanya tidak perlu.

Aku hanya ingin menjadi wanita seutuhnya,
Iya sayang, aku hanya menginginkan itu.
Dan semuanya terlalu sulit untuk diwujudkan.
Aku ingin menjadi seorang istri kemudian bermetamorfosis menjadi seorang ibu dengan gadis kecil yang menggemaskan.

Setiap wanita pasti menginginkan metamorfosis itu.
Metamorfosis yang begitu indah.....

Dan complicated....

Cukup Tuhan saja yang mengetahui isi hatiku saat ini. Cukup aku pasrahkan semuanya pada-Nya. Aku hanya ingin berikhtiar.
Insyaallah ada keindahan dibalik semua ini.

Jumat, 22 April 2016

Tak sanggup

Makassar, 21 April 2016
Malam ini pertengkaran itu mulai lagi. Semuanya kembali seperti itu. Pengertiannya yang aku harapkan justru berakhir pertengkaran lagi. Dan pada akhirnya dia minta mengakhiri hubungan ini, katanya dia lelah dengan hubungan kami ini. Ya, aku hanya bisa menerima keputusannya. Aku tak bisa berkata apa-apa. Hanya bisa mengikhlaskan jika memang dia menganggap bahwa ini adalah jalan terbaik untuk hubungan kita. Meski aku ketakutan dengan keputusannya karena jika dia memintaku untuk melunasi utangku padanya aku tidak akan sanggup dalam waktu dekat ini.
Menurutku ini hanya karena hal kecil. Hanya karena aku tidak bisa menemaninya ke acara ulang tahun Enno. Aku yang sedang sibuk mengurusi keperluan berkasku untuk melamar pekerjaan nanti. Dan aku juga berharap bisa mengurangi pertengkaranku dengan ibuku. Karena pertengkaran itu yang membuatku kesulitan mendapatkan pekerjaan. Tapi dia tetap tidak mengerti. Yang dia pikirkan hanya perasaannya saja. Aku merasa sangat tertekan.
Awalnya aku kan sudah memastikan padanya bahwa aku tidak bisa menghadiri acara itu. Namun, dia memaksa hingga akhirnya aku meninggalkan rumah pukul 20.00 wita. Dia merasa bahwa aku sudah terlambat, dan dia tak henti memakiku dan berkata “Jangan mako hubungika lagi nah? Jangan mako pernah hubungi ka lagi. Pulang mako sana, maumi juga pulang orang. Mauma pulang!!!!”. Aku yang sedih dan berlinang airmata kemudian memutar balik motorku dan dia tak henti meneriakki ku. Kemudian di memanggil Enno. Enno datang bersama maminya. Aku malu dengan sikapnya. Albi pun tidak mampu lagi berkata apa-apa. Dia hanya terdiam menatapku dengan linangan airmata yang membanjiri pipiku.
Jujur aku mantap ingin mengakhiri semuanya jika sikapnya tetap seperti itu. Aku dak sanggup dengan sikapnya yang egois itu. Aku dak sanggup L

KOTAK musik ternyata kamu!!!

Kotak musik ini, adalah pemberianmu untuknya. Kamu memang menyayanginya saat itu. Dan kau bercerita bahwa kau tidak pernah menyayanginya. Namun, kau bisa memberinya kado seperti itu.
Sedangkan aku, aku tidak pernah kau beri barang. Sepatu yang kau belikan karena aku yang memintanya. Aku iri pada Ayu... aku iri... sepertinya kalian sangat bahagia dulu. Aku bahkan tidak bisa menikmati kebahagiaan kita sepenuhnya saat ini. Karena kasus kalian berdua yang masih belum bisa terselesaikan. Aku sangat tertekan dengan semuanya meski aku kadang berusaha untuk menganggap semuanya baik-baik saja. Namun, pada hakikatnya aku hanya memiliki ragamu.
8 Oktober yang lalu dia masih mengungkapkan kerinduannya padamu. “Kangen kotak musik” begitu celotehnya di akun Facebook-nya. Dan barulah aku sadar bahwa ‘kotak musik’ adalah kamu. Aku merasa sangat bersalah kemudian. Karena ternyata dia masih sangat merindukanmu. Si ‘kotak musik’.. apa yang sudah aku lakukan??????? Apa yang sudah aku lakukan terhadap hidupnya? Wanita macam apa aku ini? Kenapa aku setega ini? Kenapa???
Aku kadang tak henti menyesali semuanya. Menyesali apa yang sudah terjadi. Seandainya saja aku tidak pernah mengenalmu. Seandainya saja aku tidak pernah ada diantara kalian. Seandainya saja aku tidak menerima cintamu. Seandainya saja aku tidak perlu jatuh cinta kepadamu. Aaarrrggghhhh.... seandainya dan seandainya saja. Yang tersisa hanyalah penyesalan.
Jam tangan  yang Ayu gunakan ini juga adalah pemberianmu kan?
Kau begitu memanjakannya dulu. Dan kau selalu bercerita padaku bahwa kau tidak menyayanginya. Lantas apa semua itu? Apa itu? Apakah itu semua bukan tanda cinta? Sudahlah, intinya kau juga pernah menyayanginya. Aku hanyalah orang baru yang datang di hidup kalian.
Mau mamika kurasa berteriak... dak mauja tahan ki kurasa.... dak bisaka kurasa begini. Dak ku taumi kurasa apa yang harus kulakukan, dak kutau ki.... mauka nangis... iri ka sama Ayu.... irika,,,,, mauka juga kayak dia.... yang dulu di sayang sama Sapar tanpa khawatir dengan statusnya Sapar. L
Mauka juga disayang begitu......
Aaaarrrrgggghhhhhh........
Dak bisakaaaaaaa
Aaaarrrrrgggghhhhh.....
Kenapa ka na begini kamma nasibku saya?
Kenapa na begini?????
Kenapa ka bisa terima takdir begini????

Kenapa ka? Kenapa na bisa begini Tuhan!!!!!! Kenapa kodong....!!!!!