Ketika hati ingin berteriak dan aku hanya bisa menyimpannya dalam kalbuku. Aku memilih menjadi bodoh, benar-benar jadi bodoh.
Aku disakiti dan aku masih saja menjalaninya.
Dia berselingkuh dengan wanita lain dan aku masih menerimanya.
Dia pergi bersama wanita lain saat aku sedang khawatir tentangnya.
Dia dengan begitu teganya tanpa pernah memikirkan perasaanku, dan aku masih saja memikirkan tentangnya.
Apa yang terjadi padaku?
Apa yang sedang terjadi dengan otakku?
Hey Eqhye!!!
Bangun!!
Kau seorang yang berpendidikan. Mengapa kau sia-siakan hidupmu untuk orang yang tidak pernah dengan tulus mencintaimu?
Apa yang kau harapkan darinya?
Luka seperti apa lagi yang kau inginkan?
Bukankah sudah cukup lengkap luka yang di torehkan untukmu?
Mengapa kau masih mempertahankannya?
Hidupmu terlalu indah untuk kau habiskan bersamanya.
Bersama seseorang yang tidak pernah menghargai cinta yang kau berikan padanya.
Segala rasa sakitmu, segala pengorbananmu, segala perhatianmu, segala kasih sayangmu, dan segala jiwa dan raga, waktu dan tenaga yang kau 'persembahkan' untuknya bahkan tidak pernah dia hargai.
Dia tetap saja menduakanmu.
Bahkan lebih membela perempuan itu daripada kau yang selalu menemani hari-harinya selama ini.
Ini karma?
Karmakah?
Iya Tuhan?
Karmaku kah ini?
Mengapa masih ada belas kasihanku padanya? Sementara dia tidak pernah peduli akan perasaanku. Pernahkah dia memikirkanku ketika dia bersama perempuan itu? Pernahkah dia memikirkan perasaanku? Pernahkah dia membayangkan jika dia menjadi aku?
Kebenaran pun akhirnya terungkap!
Segala kata-kata bullshitnya yang berjanji akan menikahiku ternyata hanya sekedar bualannya saja.
Andai aku tak pernah bertemu dan berbicara langsung dengan kedua orangtuanya. Mungkin selamanya aku hanya akan di 'iming-imingi' olehnya.
Oh.... Tuhan... Mengapa aku masih bertahan dengannya Tuhan? Apa yang aku harapkan padanya? Mengapa dia begitu buruk menguasai isi kepalaku?
Tumpahan Tintaku
Senin, 26 Desember 2016
Sabtu, 14 Mei 2016
Dalam ketakutanku aku
sendiri. Menelan rasa sakit ini sendiri. Tanpa berhak untuk di dengarkan. Aku
hanya ingin di dengarkan dengan segala keluh kesahku. Apakah untuk itu saja aku
tidak punya hak? Tidak adakah hak untukku di dengarkan keluhku? Apakah tidak
ada yang mengerti keadaanku saat ini? Kekhawatiranku atas keadaanku. L
Dalam dukaku aku hanya
bisa berteriak dalam hati, menangis sendiri di sudut ruangan. Tanpa ada
seseorang yang membuatku nyaman. Tanpa ada seseorang yang mengerti akan gundah
yang aku alami. Semuanya hanya berlalu tanpa perasaan. Bahkan ini lebih
menyakitkan dari sebelumnya.
Dalam diamku, aku
hanya bisa merasakan hampa. Serasa ingin pergi menjauh dari hingar bingar ini.
Ingin rasanya aku pergi meninggalkan semuanya. Semua yang membuatku merasa
sedih. Entah pada siapa aku bisa mengadu, seseorang yang kuharap mampu untuk
kujadikan sandaran hati, malah menganggapku sebagai beban menyuruhku diam saja
atas kekhawatiranku. Mungkin aku hanya diijinkan untuk diam saja menanti takdir
yang memvonis hidupku. Memasrahkan takdir yang membawaku kemana pada akhirnya.
Kini aku sadar, apa
yang selama ini ku perjuangkan ternyata tidak pantas untuk kuperjuangkan. Ternyata
apa yang ibuku katakan selama ini bernar. Ternyata tidak akan mampu aku
bersamanya. Semuanya ternyata terlalu menyakitkan. Aku hanya berdoa semoga
Allah memberiku rejeki yang berlimpah sehingga aku bisa melunasi semuanya dan
pergi berlalu. Jika dia menyalahkan ku untuk rumah tangganya, aku akan
memperbaiki semuanya. Akan kuperbaiki hubungannya dengan Ayu jika itu yang dia
tuntut.
Allah, kuatkan aku...
sepertinya keputusan itu mungkin akan aku ambil. Insyaallah saya mantap. Semuanya
akan saya lakukan asalkan dia mau meninggalkanku. Jika dia bilang dia lelah. Lantas
yang selama ini aku rasakan apa namanya? Apakah aku tidak lelah dengan semua
ini? Apakah lelahku tak berarti untuknya?
Lelahku menanti segala
janji manisnya untukku. Lelahku menanti segala kehidupan bahagia yang dia
janjikan. Lelahku menanti janjinya untuk menikahiku. Lelahku menanti statusku
yang tidak pernah dia perjelas.
Sabtu, 30 April 2016
Cukup sampai disini
Apa yang terlihat berat dan sulit akan terasa mudah jika kita serahkan
semuanya pada Allah.
Kita manusia cukup berikhtiar, Allah yang menuliskan semuanya.
Rejeki, jodoh, dan maut.
Mungkin Dia sudah menuliskan bahwa jodoh kita cukup sampai disini.
Allah menciptakan siang dan juga malam.
Allah menciptakan manis dengan pahit.
Allah menciptakan matahari dan juga bulan,
Allah yang mempertemukan, maka hak-Nya pula untuk memisahkan.
Karena, sekeras apapun kita berusaha jika memang dia bukan takdir kita, maka
tidak akan bisa dipersatukan.
Seteguh apapun kita bertahan jika memang bukan jodohnya maka tidak akan
pernah kita bersatu.
Dan kali ini saya percaya akan hal itu.
Tulang rusuk tidak akan tertukar dengan pemiliknya dan akan dipertemukan
pada waktu yang indah.
Rabu, 27 April 2016
MUNDUR TERATUR
Keputusan ini mungkin sangat berat untuk aku
lakukan. Mungkin semuanya akan menyakiti diriku sendiri. Namun aku yakin
dibalik semua ini akan ada hikmah yang indah untukku. Mungkin semuanya akan
sangatlah sulit, namun aku percaya bahwa semua akan indah pada waktunya.
Dia
mungkin tidak menyadari bahwa yang sedang aku lakukan ini adalah langkah
mundurku darinya, tapi biarlah. Ini mungkin yang terbaik karena dengan tiba-tiba
menghempaskannya akan sangat menyakitkan untuknya jadi kupilih untuk mundur
teratur dan perlahan agar dia tidak terlalu merasa tersakiti.
Prospek hubungan kami memang tidak terarah,
dengan segudang kerumitan dan sekelumit masalah antara kami. Mulai dari
masalahnya dengan Ayu yang belum terselesaikan, masalah financial yang akhirnya
membuatnya tidak ingin membahas pernikahan. Ya, pernikahan... hal yang
menurutku sudah waktunya dipikirkan dan dibicarakan sementara dia masih
bergelut dengan masalahnya bersama Ayu. Ragu kemudian menguasaiku, aku merasa
bahwa semua ini menjadi tidak berarah. Apa yang sudah dia janjikan padaku
seketika ini menguap, menghilang tanpa bekas.
Aku adalah wanita dengan usia matang dan
siap menikah. Bahkan pernyataan “Kapan nikah?” atau “Kapan nyusul?” dari teman
maupun keluargaku mulai membuatku tidak nyaman. Akhirnya aku putuskan untuk
mengambil langkah mundur ini darinya. Aku pikir tinggal dengan hubungan seperti
ini hanya akan merugikanku yang semakin hari semakin bertambah usia. Aku punya
mimpi untuk hidupku kelak. Aku ingin memiliki suami dengan anak perempuan yang
lucu. Aku ingin memiliki sebuah rumah dengan konsepku sendiri. Aku ingin
mewujudkan itu semua. Sementara jika aku menunggunya hanya akan menghabiskan
waktuku. Semuanya akan terasa rumit.
Jujur, setahun kami bersama terlalu banyak
kenangan yang sudah kami ukir bersama. Di tempat-tempat favorit kami dan semua
kebiasaannya yang mungkin saja akan aku rindukan kelak.
Namun, terkadang akal sehatku
membangunkanku. Menyadarkanku bahwa dia tak cukup baik untukku. Terlebih jika
aku teringat dengan sifatnya yang terkadang kasar dengan suara lantangnya.
Ya... sudahlah, mungkin dengan keputusan ini
semuanya akan baik-baik saja. Insyaallah hijrahku ini akan diberkahi oleh
Allah. Semoga aku bisa benar-benar istiqomah dengan keputusanku ini. Amin ya
rabbal alamin.
Senin, 25 April 2016
Malam ini terasa dingin menembus tulangku.....
Namun, sama sekali membuatku tak bergeming,
Mataku masih enggan untuk terpejam.
Hanya tulisan ini yang setidaknya dapat mewakilkan apa isi dadaku.
Aku dan semua keputusanku di masa yang lalu.
Ketika semua yang diharapkan hanya sekedar menjadi wacana saja.
Bahkan untuk dibahas sekalipun, rasanya tidak perlu.
Aku hanya ingin menjadi wanita seutuhnya,
Iya sayang, aku hanya menginginkan itu.
Dan semuanya terlalu sulit untuk diwujudkan.
Aku ingin menjadi seorang istri kemudian bermetamorfosis menjadi seorang ibu dengan gadis kecil yang menggemaskan.
Setiap wanita pasti menginginkan metamorfosis itu.
Metamorfosis yang begitu indah.....
Dan complicated....
Cukup Tuhan saja yang mengetahui isi hatiku saat ini. Cukup aku pasrahkan semuanya pada-Nya. Aku hanya ingin berikhtiar.
Insyaallah ada keindahan dibalik semua ini.
Namun, sama sekali membuatku tak bergeming,
Mataku masih enggan untuk terpejam.
Hanya tulisan ini yang setidaknya dapat mewakilkan apa isi dadaku.
Aku dan semua keputusanku di masa yang lalu.
Ketika semua yang diharapkan hanya sekedar menjadi wacana saja.
Bahkan untuk dibahas sekalipun, rasanya tidak perlu.
Aku hanya ingin menjadi wanita seutuhnya,
Iya sayang, aku hanya menginginkan itu.
Dan semuanya terlalu sulit untuk diwujudkan.
Aku ingin menjadi seorang istri kemudian bermetamorfosis menjadi seorang ibu dengan gadis kecil yang menggemaskan.
Setiap wanita pasti menginginkan metamorfosis itu.
Metamorfosis yang begitu indah.....
Dan complicated....
Cukup Tuhan saja yang mengetahui isi hatiku saat ini. Cukup aku pasrahkan semuanya pada-Nya. Aku hanya ingin berikhtiar.
Insyaallah ada keindahan dibalik semua ini.
Jumat, 22 April 2016
Tak sanggup
Makassar, 21 April 2016
Malam ini
pertengkaran itu mulai lagi. Semuanya kembali seperti itu. Pengertiannya yang
aku harapkan justru berakhir pertengkaran lagi. Dan pada akhirnya dia minta
mengakhiri hubungan ini, katanya dia lelah dengan hubungan kami ini. Ya, aku
hanya bisa menerima keputusannya. Aku tak bisa berkata apa-apa. Hanya bisa
mengikhlaskan jika memang dia menganggap bahwa ini adalah jalan terbaik untuk
hubungan kita. Meski aku ketakutan dengan keputusannya karena jika dia
memintaku untuk melunasi utangku padanya aku tidak akan sanggup dalam waktu
dekat ini.
Menurutku
ini hanya karena hal kecil. Hanya karena aku tidak bisa menemaninya ke acara
ulang tahun Enno. Aku yang sedang sibuk mengurusi keperluan berkasku untuk
melamar pekerjaan nanti. Dan aku juga berharap bisa mengurangi pertengkaranku
dengan ibuku. Karena pertengkaran itu yang membuatku kesulitan mendapatkan
pekerjaan. Tapi dia tetap tidak mengerti. Yang dia pikirkan hanya perasaannya
saja. Aku merasa sangat tertekan.
Awalnya
aku kan sudah memastikan padanya bahwa aku tidak bisa menghadiri acara itu.
Namun, dia memaksa hingga akhirnya aku meninggalkan rumah pukul 20.00 wita. Dia
merasa bahwa aku sudah terlambat, dan dia tak henti memakiku dan berkata
“Jangan mako hubungika lagi nah? Jangan mako pernah hubungi ka lagi. Pulang
mako sana, maumi juga pulang orang. Mauma pulang!!!!”. Aku yang sedih dan
berlinang airmata kemudian memutar balik motorku dan dia tak henti meneriakki
ku. Kemudian di memanggil Enno. Enno datang bersama maminya. Aku malu dengan
sikapnya. Albi pun tidak mampu lagi berkata apa-apa. Dia hanya terdiam
menatapku dengan linangan airmata yang membanjiri pipiku.
Jujur aku
mantap ingin mengakhiri semuanya jika sikapnya tetap seperti itu. Aku dak
sanggup dengan sikapnya yang egois itu. Aku dak sanggup L
KOTAK musik ternyata kamu!!!
Sedangkan aku, aku tidak pernah kau beri barang. Sepatu yang kau belikan karena aku yang memintanya. Aku iri pada Ayu... aku iri... sepertinya kalian sangat bahagia dulu. Aku bahkan tidak bisa menikmati kebahagiaan kita sepenuhnya saat ini. Karena kasus kalian berdua yang masih belum bisa terselesaikan. Aku sangat tertekan dengan semuanya meski aku kadang berusaha untuk menganggap semuanya baik-baik saja. Namun, pada hakikatnya aku hanya memiliki ragamu.
8 Oktober yang lalu dia masih mengungkapkan kerinduannya padamu.
“Kangen kotak musik” begitu celotehnya di akun Facebook-nya. Dan barulah aku
sadar bahwa ‘kotak musik’ adalah kamu. Aku merasa sangat bersalah kemudian.
Karena ternyata dia masih sangat merindukanmu. Si ‘kotak musik’.. apa yang
sudah aku lakukan??????? Apa yang sudah aku lakukan terhadap hidupnya? Wanita macam
apa aku ini? Kenapa aku setega ini? Kenapa???
Aku kadang tak henti menyesali
semuanya. Menyesali apa yang sudah terjadi. Seandainya saja aku tidak pernah
mengenalmu. Seandainya saja aku tidak pernah ada diantara kalian. Seandainya
saja aku tidak menerima cintamu. Seandainya saja aku tidak perlu jatuh cinta
kepadamu. Aaarrrggghhhh.... seandainya dan seandainya saja. Yang tersisa
hanyalah penyesalan.
Jam tangan yang Ayu gunakan ini juga adalah pemberianmu
kan?
Kau begitu memanjakannya dulu. Dan kau selalu bercerita padaku bahwa kau tidak menyayanginya. Lantas apa semua itu? Apa itu? Apakah itu semua bukan tanda cinta? Sudahlah, intinya kau juga pernah menyayanginya. Aku hanyalah orang baru yang datang di hidup kalian.
Kau begitu memanjakannya dulu. Dan kau selalu bercerita padaku bahwa kau tidak menyayanginya. Lantas apa semua itu? Apa itu? Apakah itu semua bukan tanda cinta? Sudahlah, intinya kau juga pernah menyayanginya. Aku hanyalah orang baru yang datang di hidup kalian.
Mauka juga disayang begitu......
Aaaarrrrgggghhhhhh........
Dak bisakaaaaaaa
Aaaarrrrrgggghhhhh.....
Kenapa ka na begini kamma nasibku saya?
Kenapa na begini?????
Kenapa ka bisa terima takdir begini????
Kenapa ka? Kenapa na bisa begini
Tuhan!!!!!! Kenapa kodong....!!!!!
Langganan:
Postingan (Atom)